Selain Bali, tempat wisata yanga lain dan ramai dikunjungi
turis adalah Yogyakarta. Namun, beberapa tahun terakhir pariwisata
Yogyakarta malah menurun. Harga tiket masuk kawasan wisata yang mahal
pun jadi salah satu penyebabnya.
Hal ini dirasakan langsung oleh Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (Asita), Chapter DIY.
“Daya saing pariwisata Yogya sudah mulai kami rasakan menurun dalam
beberapa waktu terakhir ini,” kata Sekjen Asita Chapter Yogyakarta,
Hendro Listiyanto.
Menurutnya, hal ini dilihat dari menurunnya minat wisatawan,
khususnya mancanegara untuk berkunjung ke Yogyakarta. Para pelaku
industri pariwisata di Kota Gudeg ini pun sudah mulai merasakan, kalau
Yogyakarta bukan lagi destinasi wisata kedua setelah Bali.
“Kunjungan wisatawan India, Korea Selatan, dan Rusia meningkat ke Bali tapi mereka tidak masuk ke Yogyakarta,” katanya.
Ketua Asita Chapter DIY Edwin Ismedi Himna juga berpendapat, gejala
penurunan daya saing pariwisata Yogyakarta salah satunya disebabkan
mahalnya harga paket wisata ke Yogyakarta.
“Harga-harga tiket masuk ke daya tarik wisata kita mahal, Borobudur
misalnya saat ini mencapai USD 20 (Rp 193.000)/orang. Ini bukan harga
yang rasional,” katanya.
Selama ini, tambah Edwin, wisman memilih Bali sebagai destinasi utama
mereka. Ketika sampai di Pulau Dewata itu mereka diberi pilihan paket
wisata optional. Beberapa di antaranya adalah Yogyakarta, Tanah Toraja,
dan Lombok.
“Faktanya hampir tidak ada yang memilih Yogyakarta karena harganya
yang paling mahal dibandingkan destinasi optional lainnya,” lanjut
Edwin.
Pihaknya meminta para pengelola destinasi wisata sekaligus para
pembuat kebijakan untuk duduk bersama dan melibatkan pelaku industri
ketika memutuskan kebijakan yang terkait dengan sektor pariwisata.
“Menaikkan harga tiket masuk juga harus melibatkan industri
pariwisata. Ini semua demi daya saing pariwisata Yogyakarta yang lebih
baik,” tutupnya.
0 komentar:
Posting Komentar